Malam itu aku bersandar di bahumu. Tanganmu yang hangat membelai kepalaku. Kamu menunjukkan langit yang gelap. Dan kita merasakan hawa dingin bersama. Malam ini adalah malam terakhir kita sebelum kamu dan dia mempunyai ikatan yang sah. Kamu merangkulku dengan erat. Bibirmu diam seribu kata, tapi hatimu berbicara. Aku menatapmu dengan perasaan campur aduk. Haruskah aku merelakan kamu bersamanya?
Kamu menyuruhku bersabar. Aku sudah sangat sabar. Kita berdua itu bodoh, katamu kemarin. Hubungan kita, cinta kita, tentang kita, semuanya bodoh. Mengapa harus selingkuh? Tidakkah lebih baik jika kita bersama saja selamanya? Jika kedua orangtuamu tidak menjodohkanmu dengan gadis konglomerat itu.
Lalu kamu menangis. Kamu memelukku dan mengucapkan maaf berkali-kali. Sudah lah, semua sudah kehendak Tuhan. Tidak perlu ada yang disesali. Biarkan semua ini... terjadi. Tak ada yang mudah untuk melalui hal-hal berat. Tapi kamu tidak perlu menyesali.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgy7_69ysAugDq5Mo5AwGsqrC8WjL6AdBkZC0j_cNSlcU2aZ_k1vQyVjP3NmdhaHfpbHXIgj7W81akbhuJttWPwANZUUb7fq2HHQAz_EcsuSISezoy5wN1neJZX7b-AOAEoKpmkyYw_05e/s320/my_night_rainbow.jpg)
Percayalah. Walau kita akan sama-sama menentukan jalan dan pilihan masing-masing, aku selalu bersamamu. Jika suatu saat malam hari hujan, jadikanlah aku pelangimu di malam hari.
Karena aku adalah untaian warna yang menghiasi kelamnya hatimu...