Created by Mak Joya
*
Di sebuah Sekolah Menengah Pertama, hinggaplah komplotan siswi-siswi labil yang dijuluki D'GameBell Family. Mereka adalah Serly si Ratu Dandan, Putry si Medok, Rois si Sipit, Elsa si Joker, dan Azizah si Jupek. Lima sekawan ini punya selera berbeda, apalagi tantang cowok. Mereka selalu bersama-sama dalam menghadapi segala sesuatu, tanpa kecuali nyontek pas ulangan. Akibatnya mereka sering dihukum sama Bu Risna hormat bendera ato ngga remed.
Tapi tenang saja, mereka kebal dengan itu semua. Jadi apapun yang mereka lalui bersama, terasaaaaaaa menyenangkan. Walau mereka ngga sekelas sekaligus, tapi mereka tetep bisa ngelalui semuanya. Suatu hari di sanggar sekolah, mereka ngumpul kayak biasanya sambil ngelakuin kegiatan. Kegiatan yang ngga pernah mereka lewati adalah; GOSIP. Hampir semua cewe suka gosip, kan? :D
"Kalian tau ngga sih, kemaren Yuni sama Mella berantem loh!" kata Rois.
"Masa iya? Kok bisa? Kawan deket gitu," Putry komentar.
"Biasalah itu. Kan sama-sama munak mereka," Serly nyeruput es milo yang dia beli di kantin mami.
"Yuni yang mana, Mi?" Azizah ngelongo. Azizah suka banget manggil Serly Mami, karena apa? Karena Serly adalah induk Azizah dan Elsa.
"Ada, dia anak kelas 8. Sekolah di sini juga," jawab Serly cuek.
"Oalahhh..." respon Azizah dan Elsa serentak.
"Masa berantem cuman gara-gara cowo. Mending kalo ganteng, ini udah jelek, item lagi," Rois ngemeng seenak jidatnya. Dia gondok sama kelakuan dua anak kecil itu.
"Yaudah, ga usah diurusin. Biarkan mereka berkembang biak secara metamorfosis," Serly mulai ngejejelin mulutnya pake tahu goreng.
"Ih, tapi gondok aku liatnya!" Rois manyun-manyun.
"Yaudah, ga usah diurus!" Putry ngebelokin matanya yang segede jaban. Rois cuman cengegesan.
Sejenak mereka hening.
"Tau ga, belakangan ini ada penculikan dalem sekolah," Azizah mulai bergosip lagi. Seakan-akan mereka ngga kehabisan bahan buat gosip.
"Iya, bener, bener!" Elsa setuju.
"Kok aku ngga tau, ya?" Rois mamer tampang longor.
"Kita kan kudet," Serly ngingetin.
"Oiya, ya. Terus terus?"
"Sekarang udah ada 3 sekolah yang jadi korban. SMP X, SMP XXX, SMP XXX. Korbannya cewe-cewe lagi," kata Azizah dengan horor.
"Kok bisa diculik?" Putry mulai tertarik dengan obrolan ini. Kayaknya bakalan seru, pikirnya.
"Ngga tau juga. Ngga ada saksinya. Sekarang mereka masih dicari. Udah 5 hari loh, mereka hilang. Udah gitu, hilangnya di hari yang sama." Azizah ngejelasin dengan semangat '45.
"Wowow. Udah kayak Bang Toyib aja ga balek-balek. Sengaja ngilang kali tuh? Mana tau mereka mau berburu harta karun," Serly garuk-garuk kepala. Ngerasa tu kutu pada demo di kepalanya.
"Bisa jadi," kata Elsa.
"Tapi bener loh, Mi. Aku aja jadi takut ke sekolah," Azizah meluk lengan Elsa dengan manja.
"Ya udah, berdoa aja moga kita ngga jadi korban penculikan," kata Serly
Teettt~
Akhirnya bel masuk bunyi dengan merdu, ngebuat sebagian besar siswa SMP itu mengutuk guru yang mencet bel.
"Sekarang kita belajar apa?" Serly nanya sama Elsa.
"MTK," jawab Elsa seadanya.
"Sial, PR numpuk!"
*
Putry lagi jalan ke WC buat ngeberin jilbab. Dia ngerasa ada yang aneh di belakangnya. Kayak ada yang ngikutin. Dia berhenti terus noleh ke belakang. Tapi ngga ada apa-apa. Putry ngelanjutin jalannya menuju WC. Waktu dia mau buka pintu WC, ada yang narik dia dari belakang. Putry meronta-ronta, tapi mulutnya dibekep pake sapu tangan yang dikasih penenang. Putry langsung ngga sadarkan diri.
Tanpa disadari, sebuah benda jatuh dari jilbab Putry.
*
Guru-guru pada ngumpul di meja piket. Kelas-kelas ditinggalkan guru bidang studi. Sampe-sampe Bu Ratna yang ngga pernah absen buat cek PR, jadi kelalapan gara-gara semua guru dipanggil ke meja piket. Serly heran kenapa guru-guru pada ngumpul di meja piket.
Karna kelas 9.6 berhadapan sama kantor guru, Serly merhatiin guru-guru di sana. Dia kebingungan. Semua guru keliatan panik.
"Tuh guru pada ngapain ya? Gosip massal?" tanya Serly, entah sama siapa. Tapi dia ngerasa ada yang aneh dan janggal. Serly langsung ngadep ke belakang dan manggil Elsa.
"Sa, ke WC yok?" ajak Serly.
"Yaudah, ayok."
Pas udah di WC, Serly nemuin bros bunga ijo di pintu WC. Dia langsung ngambil bros itu karena dia tau itu punya siapa.
"Loh ini kan brosnya Putry. Kok ada di sini ya?" Serly kebingungan.
"Mungkin tadi dia ke WC juga kali, Mi," Elsa grepe-grepe jilbabnya depan kaca WC.
"Entar pas pulang aku kembaliin, deh," kata Serly.
Terus mereka lagi jalan ke kelas, tiba-tiba terdengar suara dari meja piket.
"Kepada Serly kelas 9.6 harap ke meja piket,"
"Loh, kok aku dipanggil?" Serly ngelongo.
"Hayooo Mi, hayooo..." Elsa nakut-nakuitin Serly kayak badut yang lagi ngasih tebak-tebakan ke anak kecil yang masih lugu dan polos.
"Yaudah, ayok temenin aku!" Serly langsung nyeret Elsa.
Di meja piket, guru-guru pada grasak-grusuk. Waktu salah satu dari mereka sadar Serly ada di sana, mereka langsung hening.
"Ada apa, Bu?" tanya Serly yang makin bingung.
"Kamu tau rumah Putry?" tanya Bu Erna.
"Tau, Bu,"
"Kamu punya nomor orangtuanya?" tanya Bu Erna lagi.
"Kalo nomor orangtuanya say angga punya Bu. Kalo nomor Putry saya punya. Tapi nomor Putry saya tau,"
Bu Erna menghela napasnya. Terus Bu Erna natap Serly.
"Teman kamu, Putry, dia hilang." Kata Bu Erna dengan berat hati.
"Ga mungkin Bu, tadi pas istirahat dia sama kami kok!" Serly ngga nyangka sama yang dibilang Bu Erna.
"Iya Bu, bener," Elsa setuju sama kata Serly. Guru-guru itu tau kalo Putry sahabat Serly. Guru-guru berpandangan.
"Gini aja. Pas pulang sekolah, kamu sama Pak Mukti, Pak Amir dan Bu Maesaroh ke tempat Putry," Bu Erna megang pundak Serly.
Ngga mungkin dia jadi korban penculikan...
Serly cuman ngangguk. Terus mereka berdua langsung ke kelas. Serly ngirim SMS ke Rois buat ngumpul di lapangan belakang sekolah. Dengan cepet, ROis bales dengan SMS yang sedikit muasin hati Serly.
*
"Serius Mi, Putry diculik?" Azizah mangap.
"Menurutmu aku bercanda?" Serly melotot ke Azizah.
"Sekarang kita harus gimana?" Rois mulai keliatan serius. Semua terdiam.
"Ngga mungkin kita diem aja kan," Elsa ngejawab pertanyaan Rois.
"Aku udah ngga punya waktu lagi. Aku harus nemenin Bu Maesaroh ke rumah Putry. Nanti kita pikirin jalan keluar yang bagus gimana," Serly natap sobat-sobatnya.
"Dan aku harap, jalan keluar itu sama kayak yang aku pikirin sekarang." Serly mulai ngelangkah dengan pelan ninggalin sahabat-sahabatnya yang bengong.
Angin bertiup,
Bahkan matahari enggan menampakkan dirinya saat itu,
Semua terasa kabut,
Semua terasa samar,
Serly mengutuk si Penculik dalem hati.