Minggu, 07 Juli 2013
Surat Cinta Misterius Capt. 1
***
Aku ingat saat aku masih duduk di bangku 1 SMP. Saat banyak hal masih saat begitu tabu bagiku. Termasuk tentang cinta. Waktu itu bel istirahat berbunyi. Kami semua berhamburan menuju kantin, taman, atau perpustakaan. Aku bersama sahabat karibku, Reanne, pergi ke kantin sekolah. Hari itu bagiku masih biasa-biasa saja. Hingga pada akhirnya saat kami masuk kelas, sepucuk surat dengan amplop merah jambu terpampang manis di mejaku.
Aku dan Reanne berpandangan. Kami heran.
"Untuk siapa itu?" Reanne bertanya padaku. Namun aku hanya diam. Aku mengambil surat itu dan membaca tulisan di amplopnya.
"Untuk Ranna." Aku membaca dengan suara pelan. Aku memperhatikan seluruh amplop itu. Tidak ada nama pengirim. Misteri sekali.
Reanne tertawa. "Wah, ada yang naksir kamu, Na," katanya. Aku mendengus.
"Ga lucu tau, Rean,"
"Tapi ada yang naksir kamu," kata Reanne sekali lgi.
"Iya, tapi kalau orang yang ngirim surat ini cuman iseng gimana?" tanyaku dengan muka memelas.
"Hahaha, coba baca dulu suratnya," saran Reanne. "Aku pensaran banget nih,"
Aku memandang wajah Reanne sekilas, lalu ku alihkan pada amplop yang ada di tanganku. Aku membuka amplop itu dan mulai membaca. Tulisan tangan di kertas itu begitu rapi. Harum semerbak kertas itu mulai menyengat.
Ranna,
Sejujurnya aku menyukaimu sudah sangat lama. Namun aku takut untuk mengungkapkannya. Aku takut kamu benci padaku. Dan aku tidak ingin kamu menjauhiku. Kamu tidak perlu membalas perasaanku, tapi aku hanya ingin kamu tahu apa yang selama ini aku rasakan.
Ranna, aku tahu ini surat ini aneh bagimu. Tapi aku tak bermaksud untuk menerormu. Sungguh. Aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku.
Tnpa kamu sadari, aku selaalu memperhatikanmu dari jauh. Aku ingin di dekatmu, seperti teman-temamu, tapi aku takut.
Sudah dulu ya surat dariku...
Aku menyudahi bacaanku karena isi suratnya emang smpai situ. Reanne cengar-cengir. Aku mendelik padanya.
"Apa yang lucu?" tanyaku.
Reanne menggeleng sambil menahan tawa. "Tidak ada,"
Dalam hati kecilku, aku sangat penasaran dengan orang ini.
Benarkah dia selalu memperhatikanku dari jauh?
***
Sejak saat itu, aku sering memperhatikan orang-orang di sekelilingku. Dia tak lagi mengirim surat setelah itu. Surat cinta misterius itu selalu ku bawa. Entah mengapa, rasa penasaranku semakin menguat. Aku sering mengingat-ingat teman laki-laki yang dekat padaku. Namun tidak ada satupun di antara mereka yang mencurigakan. Semuanya tampak biasa-biasa saja.
Sepertinya surat itu telah mempengaruhi pikiranku.
Saat aku sedang duduk di kantin bersama Reanne, seseorang memanggilku. "Ranna!"
Aku menoleh ke sumber suara. Dia, Retno Agustin. Teman sekelasku saat kelas 3 SD. Hingga sekarang kami masih berteman.
"Retno? Ada apa?" tanyaku saat dirinya menghampiriku. Dia memberikanku undangan.
"Datang ya, di ulang tahunn adikku," katanya sambil tersenyum.
Aku menerima undangan itu. "Okeh," kataku.
"Loh kok, cuman Ranna aja sih yang di undang, aku ga? Curang deh Retno ini!" kata Reanne ketus.
"Ooh, iya iya, maaf. Kalau kamu mau datang aja. Boleh kok," kata Retno sambil tersenyum sumringah.
"Huuh, dasar Retno!" Reanne mencibir.
"Haha, ya sudah. Aku cari teman-teman yang dulu ya. Sampai jumpa Ranna!" kata Retno.
"Iya,"
Reanne memperhatikan gerak-gerik Retno. Aku menatap Reanne dengan heran.
"Kenapa, Rean?" tanyaku.
"Retno aneh ya," ucapnya.
"Loh, aneh gimana?"
"Masa kamu ga tau?" Reanne menatapku. Aku menggeleng.
"Jangan-jangan kamu ngambek karena ga di kasih undangan ya? Makanya kamu bilang dia aneh?" godaku.
"Duuuhh, kamu ini kok ga peka banget? Jelas-jelas dia itu aneh banget, apalagi kalau sama kamu!"
Aku terdiam sesaat.
"Aduh, kamu ini! Kita masuk kelas aja, yuk!" Reanne menarik tanganku. Tapi tetap saja aku merasa sangat bingung.
Setelah sepulang sekolah aku masuk kamarku dan merenung perkataan Reanne. Benarkah penilaian Reanne ada kaitannya dengan si pengirim surat itu?
Aku hanya diam dan merenung.
Benarkah ada seseorang yang diam-diam menyukaiku, atau ini hanya keisengan belaka?
Aku mengambil surat cinta itu di tasku dan aku membaca ulang. Ini rasanya seperti mimpi. Saat kita mempunyai penggemar rahasia. Hahaha, seperti di film-film saja. Kemudian aku meletakkan surat itu di laciku. Dan aku pergi tidur siang.
***
Seminggu setelah kejadian itu, aku tak begitu memikirkan permasalahh surat itu. Bahkan Retno, yang menurut Reanne sangat berbeda sekali denganku, aku menghiraukannya. Karena bagiku, sepertinya tak perlu di pikirkan.
Aku tidak berencana ke kantin hari ini. Hanya Reanne yang ke kantin. Aku hanya duduk di bangku. Tiba-tiba seorang anak cowok msuk ke kelasku. Tapi dia bukan sekelasku. Aku memperhatikan kegugupannya saat dia menyadari keberadaanku.
"M... maaf," katanya. Setelah itu dia ngacir keluar.
"Dasar aneh," gumamku.
***
"Raannnaaaaa!" teriak Reanne menghampiriku.
"Aduh, ada apa sih Reanne, pake teriak-teriak? Aku kan baru dateng, ini juga masih pagi," kataku dengan ketus.
"Maaf deh, Ran. Aku nemuin sesuatu nih!" dia menghadapkan sesuatu padaku.
Surat cinta!
Namun kali ini dengan amplop berwarna ungu dengan aroma sitrus.
"Untuk siapa?" tanyaku.
"Untuk kamu, Ran!" seru Reanne dengan senyum Lebar.
"Kok kamu kelihatannya senenge banget kalau aku dikirimin surat gini?"
"Hehehe, aku seneng aja Lihat kamu ada yang suka," kata Reanne dengan ceria.
"Hmp, coba sinbi aku liat suratnya,"
Sama seperti kemarin, tidak ada nama pengirim. Aku membuka surat itu dan membacanya.
Hai, Ranna...
Maaf aku baru mengirimmu surat lagi. Ku pikir bila aku berkenalan dengan cewek-cewek cantik lewat dunia maya maupun nyata aku akan melupakanmu. Tapi ternyata hasilnya nol. Aku bingung sama perasaan aku, Ran. Aku harus gimana?
Sekali lagi aku ga maksa kamu kok buat ngerasain hal yang sama kayak aku.Aku cuman pengen kamu tahu, itu aja kok...
Surat itupun hanya berakhir di situ. Aku jadi penasaran lgi, apa tujuan si pengirim denganku?
Benarkah dia menyukaiku atau iseng saja?
Entahlah, aku akan mencari jawabannya
*** Bersambung ***
Surat Cinta Misterius Capt. 1
StoryCreated by: Mak Joya
***
Aku ingat saat aku masih duduk di bangku 1 SMP. Saat banyak hal masih saat begitu tabu bagiku. Termasuk tentang cinta. Waktu itu bel istirahat berbunyi. Kami semua berhamburan menuju kantin, taman, atau perpustakaan. Aku bersama sahabat karibku, Reanne, pergi ke kantin sekolah. Hari itu bagiku masih biasa-biasa saja. Hingga pada akhirnya saat kami masuk kelas, sepucuk surat dengan amplop merah jambu terpampang manis di mejaku.
Aku dan Reanne berpandangan. Kami heran.
"Untuk siapa itu?" Reanne bertanya padaku. Namun aku hanya diam. Aku mengambil surat itu dan membaca tulisan di amplopnya.
"Untuk Ranna." Aku membaca dengan suara pelan. Aku memperhatikan seluruh amplop itu. Tidak ada nama pengirim. Misteri sekali.
Reanne tertawa. "Wah, ada yang naksir kamu, Na," katanya. Aku mendengus.
"Ga lucu tau, Rean,"
"Tapi ada yang naksir kamu," kata Reanne sekali lgi.
"Iya, tapi kalau orang yang ngirim surat ini cuman iseng gimana?" tanyaku dengan muka memelas.
"Hahaha, coba baca dulu suratnya," saran Reanne. "Aku pensaran banget nih,"
Aku memandang wajah Reanne sekilas, lalu ku alihkan pada amplop yang ada di tanganku. Aku membuka amplop itu dan mulai membaca. Tulisan tangan di kertas itu begitu rapi. Harum semerbak kertas itu mulai menyengat.
Ranna,
Sejujurnya aku menyukaimu sudah sangat lama. Namun aku takut untuk mengungkapkannya. Aku takut kamu benci padaku. Dan aku tidak ingin kamu menjauhiku. Kamu tidak perlu membalas perasaanku, tapi aku hanya ingin kamu tahu apa yang selama ini aku rasakan.
Ranna, aku tahu ini surat ini aneh bagimu. Tapi aku tak bermaksud untuk menerormu. Sungguh. Aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku.
Tnpa kamu sadari, aku selaalu memperhatikanmu dari jauh. Aku ingin di dekatmu, seperti teman-temamu, tapi aku takut.
Sudah dulu ya surat dariku...
Aku menyudahi bacaanku karena isi suratnya emang smpai situ. Reanne cengar-cengir. Aku mendelik padanya.
"Apa yang lucu?" tanyaku.
Reanne menggeleng sambil menahan tawa. "Tidak ada,"
Dalam hati kecilku, aku sangat penasaran dengan orang ini.
Benarkah dia selalu memperhatikanku dari jauh?
***
Sejak saat itu, aku sering memperhatikan orang-orang di sekelilingku. Dia tak lagi mengirim surat setelah itu. Surat cinta misterius itu selalu ku bawa. Entah mengapa, rasa penasaranku semakin menguat. Aku sering mengingat-ingat teman laki-laki yang dekat padaku. Namun tidak ada satupun di antara mereka yang mencurigakan. Semuanya tampak biasa-biasa saja.
Sepertinya surat itu telah mempengaruhi pikiranku.
Saat aku sedang duduk di kantin bersama Reanne, seseorang memanggilku. "Ranna!"
Aku menoleh ke sumber suara. Dia, Retno Agustin. Teman sekelasku saat kelas 3 SD. Hingga sekarang kami masih berteman.
"Retno? Ada apa?" tanyaku saat dirinya menghampiriku. Dia memberikanku undangan.
"Datang ya, di ulang tahunn adikku," katanya sambil tersenyum.
Aku menerima undangan itu. "Okeh," kataku.
"Loh kok, cuman Ranna aja sih yang di undang, aku ga? Curang deh Retno ini!" kata Reanne ketus.
"Ooh, iya iya, maaf. Kalau kamu mau datang aja. Boleh kok," kata Retno sambil tersenyum sumringah.
"Huuh, dasar Retno!" Reanne mencibir.
"Haha, ya sudah. Aku cari teman-teman yang dulu ya. Sampai jumpa Ranna!" kata Retno.
"Iya,"
Reanne memperhatikan gerak-gerik Retno. Aku menatap Reanne dengan heran.
"Kenapa, Rean?" tanyaku.
"Retno aneh ya," ucapnya.
"Loh, aneh gimana?"
"Masa kamu ga tau?" Reanne menatapku. Aku menggeleng.
"Jangan-jangan kamu ngambek karena ga di kasih undangan ya? Makanya kamu bilang dia aneh?" godaku.
"Duuuhh, kamu ini kok ga peka banget? Jelas-jelas dia itu aneh banget, apalagi kalau sama kamu!"
Aku terdiam sesaat.
"Aduh, kamu ini! Kita masuk kelas aja, yuk!" Reanne menarik tanganku. Tapi tetap saja aku merasa sangat bingung.
Aku hanya diam dan merenung.
Benarkah ada seseorang yang diam-diam menyukaiku, atau ini hanya keisengan belaka?
Aku mengambil surat cinta itu di tasku dan aku membaca ulang. Ini rasanya seperti mimpi. Saat kita mempunyai penggemar rahasia. Hahaha, seperti di film-film saja. Kemudian aku meletakkan surat itu di laciku. Dan aku pergi tidur siang.
***
Seminggu setelah kejadian itu, aku tak begitu memikirkan permasalahh surat itu. Bahkan Retno, yang menurut Reanne sangat berbeda sekali denganku, aku menghiraukannya. Karena bagiku, sepertinya tak perlu di pikirkan.
Aku tidak berencana ke kantin hari ini. Hanya Reanne yang ke kantin. Aku hanya duduk di bangku. Tiba-tiba seorang anak cowok msuk ke kelasku. Tapi dia bukan sekelasku. Aku memperhatikan kegugupannya saat dia menyadari keberadaanku.
"M... maaf," katanya. Setelah itu dia ngacir keluar.
"Dasar aneh," gumamku.
***
"Raannnaaaaa!" teriak Reanne menghampiriku.
"Aduh, ada apa sih Reanne, pake teriak-teriak? Aku kan baru dateng, ini juga masih pagi," kataku dengan ketus.
"Maaf deh, Ran. Aku nemuin sesuatu nih!" dia menghadapkan sesuatu padaku.
Surat cinta!
Namun kali ini dengan amplop berwarna ungu dengan aroma sitrus.
"Untuk siapa?" tanyaku.
"Untuk kamu, Ran!" seru Reanne dengan senyum Lebar.
"Kok kamu kelihatannya senenge banget kalau aku dikirimin surat gini?"
"Hehehe, aku seneng aja Lihat kamu ada yang suka," kata Reanne dengan ceria.
"Hmp, coba sinbi aku liat suratnya,"
Sama seperti kemarin, tidak ada nama pengirim. Aku membuka surat itu dan membacanya.
Hai, Ranna...
Maaf aku baru mengirimmu surat lagi. Ku pikir bila aku berkenalan dengan cewek-cewek cantik lewat dunia maya maupun nyata aku akan melupakanmu. Tapi ternyata hasilnya nol. Aku bingung sama perasaan aku, Ran. Aku harus gimana?
Sekali lagi aku ga maksa kamu kok buat ngerasain hal yang sama kayak aku.Aku cuman pengen kamu tahu, itu aja kok...
Surat itupun hanya berakhir di situ. Aku jadi penasaran lgi, apa tujuan si pengirim denganku?
Benarkah dia menyukaiku atau iseng saja?
Entahlah, aku akan mencari jawabannya
*** Bersambung ***