Senin, 11 Maret 2013

Aku dan Bintang

Malam hari ketika aku ingin tidur, aku selalu menyempatkan diri untuk melihat bintang. Bagiku, bintang terlihat seperti pantulan diriku. Dari bawah sini, terasa begitu kecil dan berhimpitan dengan bintang-bintang yang lain. Namun aku hanya punya satu bintang.

Bintang berkelip terang di angkasa. Bak tertawa dengan riang. Menyapa tiap makhluk di bumi yang melihat keindahannya. Melihat bintang, aku merasa menjadi salah satu di antara mereka. Berbaur dengan pesona mereka. Tapi aku bukan bintang. Dan aku tetap punya satu bintang.

Bagaimana aku menjelaskan bintang-bintang yang berseliweran di langit? Dengan kilau mereka seperti permata... dan terlihat seperti lampu-lampu?

Setiap orang memiliki pendapat dengan bintang. Bintang begitu menarik. Hingga ada rumor yang menjelaskan bahwa roh manusia yang meninggal dengan kebaikan akan menjadi salah satu bintang. Aku tersenyum begitu memikirkannya. Ya mungkin teori itu memang benar. Mungkin saja roh manusia yang meninggal dengan kebaikan akan menjadi bintang.

Seperti bintangku...


Bintangku kini yang menerangi malamku. Biarpun hawa dingin menghujamku, aku akan tetap di sini. Aku seperti berbicara dengan bintangku seperti dulu. Saat kami masih bisa mengucapkan selamat pagi, selamat sore, dan selamat malam dengan jarak dekat. Tapi sekarang aku dan bintang terpisah dengan dunia yang berbeda.

Aku tak kan sedih. Bintangku pasti akan ikut sedih. Kadang ingin rasanya aku menangis dan berteriak. Tapi aku akan selalu mengenang kata terakhirnya sebelum bintangku pergi, "Tersenyumlah untukku..."

Dan aku akan terus tersenyum. Walau sesulit apapun itu.

Tuhan menciptakan semuanya dengan begitu indah. Aku sangat bersyukur. Aku tahu sekarang mengapa Tuhan menciptakan bintang. Aku tahu. Dan itu hanya rahasia antara Tuhan dan aku juga bintangku. Dan aku sangat bersyukur karena Tuhan menciptakan satu bintang untukku, saat kemarin, hari ini, dan selamanya...

Aku dan Bintang

Malam hari ketika aku ingin tidur, aku selalu menyempatkan diri untuk melihat bintang. Bagiku, bintang terlihat seperti pantulan diriku. Dari bawah sini, terasa begitu kecil dan berhimpitan dengan bintang-bintang yang lain. Namun aku hanya punya satu bintang.

Bintang berkelip terang di angkasa. Bak tertawa dengan riang. Menyapa tiap makhluk di bumi yang melihat keindahannya. Melihat bintang, aku merasa menjadi salah satu di antara mereka. Berbaur dengan pesona mereka. Tapi aku bukan bintang. Dan aku tetap punya satu bintang.

Bagaimana aku menjelaskan bintang-bintang yang berseliweran di langit? Dengan kilau mereka seperti permata... dan terlihat seperti lampu-lampu?

Setiap orang memiliki pendapat dengan bintang. Bintang begitu menarik. Hingga ada rumor yang menjelaskan bahwa roh manusia yang meninggal dengan kebaikan akan menjadi salah satu bintang. Aku tersenyum begitu memikirkannya. Ya mungkin teori itu memang benar. Mungkin saja roh manusia yang meninggal dengan kebaikan akan menjadi bintang.

Seperti bintangku...


Bintangku kini yang menerangi malamku. Biarpun hawa dingin menghujamku, aku akan tetap di sini. Aku seperti berbicara dengan bintangku seperti dulu. Saat kami masih bisa mengucapkan selamat pagi, selamat sore, dan selamat malam dengan jarak dekat. Tapi sekarang aku dan bintang terpisah dengan dunia yang berbeda.

Aku tak kan sedih. Bintangku pasti akan ikut sedih. Kadang ingin rasanya aku menangis dan berteriak. Tapi aku akan selalu mengenang kata terakhirnya sebelum bintangku pergi, "Tersenyumlah untukku..."

Dan aku akan terus tersenyum. Walau sesulit apapun itu.

Tuhan menciptakan semuanya dengan begitu indah. Aku sangat bersyukur. Aku tahu sekarang mengapa Tuhan menciptakan bintang. Aku tahu. Dan itu hanya rahasia antara Tuhan dan aku juga bintangku. Dan aku sangat bersyukur karena Tuhan menciptakan satu bintang untukku, saat kemarin, hari ini, dan selamanya...